Hindari Memandang Rendah Anak
Bersama Pemateri :
Ustadz Abu Ihsan Al-Atsary
Hindari Memandang Rendah Anak merupakan kajian Islam ilmiah yang disampaikan oleh Ustadz Abu Ihsan Al-Atsaary dalam pembahasan Ada Apa dengan Remaja. Kajian ini disampaikan pada Selasa, 20 Dzulqa’dah 1445 H / 28 Mei 2024 M.
Kajian Tentang Hindari Memandang Rendah Anak
Banyak orang tua suka mempermasalahkan hal-hal yang tidak perlu dipermasalahkan atau yang masih bisa ditoleransi. Sehingga kadang-kadang masalah-masalah kecil selalu diangkat dan dipermasalahkan. Mungkin orang tua ini merasa tidak ada topik lain untuk dibahas atau diangkat untuk dijadikan materi dialog komunikasi dengan anak, sehingga hal-hal kecil yang kadang-kadang sepele dan sebenarnya masih bisa ditolerir kita besar-besarkan.
Terutama para ibu, di sini yang kadang-kadang karena kemampuan berpikir mereka juga terbatas, sehingga kemampuan mereka berkomunikasi dengan anak-anak remaja mereka juga terbatas. Kadang-kadang hal-hal yang tidak perlu diangkat dan dibahas ternyata dipermasalahkan. Ini harus dihindari. Sebenarnya kita buang-buang energi kalau kita mempermasalahkan hal-hal yang kecil. Bahkan ada yang langsung menvonis, menyerang anak itu dengan kata-kata, menyerangnya secara verbal, misalnya memarahinya dengan berlebihan, dan ini akan menjatuhkan mental anak. Yang lebih parah, yaitu akan menurunkan kepercayaan anak terhadap orang tuanya. Ini sangat berbahaya karena anak akan menghindari dan menjauhi orang tuanya. Sebagian orang tua mungkin tidak sadar bahwa mereka sudah mulai dijauhi oleh anak-anak remaja mereka karena selalu mengangkat masalah-masalah yang sebenarnya tidak perlu diangkat.
Maka hal-hal yang masih bisa kita beri toleransi, berilah toleransi kepada mereka. Kita juga sama, sebenarnya kita yang dewasa saja kadang-kadang kalau dipersalahkan terus maka apa yang kita lakukan? Kita merasa kenapa saya tidak dikasih toleransi? Semua manusia perlu toleransi, kita dan remaja juga. Apabila kita harus divonis setiap kesalahan yang kita lakukan, dada kita akan sempit, pikiran kita juga akan buntu. Kita seolah-olah tidak bisa berbuat apa-apa, mati kreativitas kita. Itu kalau selalu dilihat sisi yang buruk pada diri kita.
Di sinilah pentingnya kita menjadi orang yang cerdas. Orang yang cerdas itu adalah orang yang bisa melihat sesuatu dari berbagai sisi, tidak hanya dari satu sisi saja. Dengan itu kita bisa memberikan toleransi kepada orang lain dan kita bisa memahami orang lain. Kalau kita hanya berpikir melihat dari satu sisi saja, maka orang lain tidak ada benarnya dan kita tidak ada salahnya. Kita akan selalu merasa benar apapun yang kita lakukan. Karena manusia seburuk-buruk apapun yang dilakukannya, dia pasti punya argumentasi, terlepas benar atau salah, atas apa yang dilakukannya itu. Kalau dia melihatnya dari satu arah saja, orang yang hanya bisa melihat dari satu arah saja mungkin dia tidak akan mampu melihat sisi benar orang lain, dan sisi salah pada dirinya, dan cenderungnya dia merasa tidak bersalah dan tidak mau salah. Ini adalah hal yang buruk dan negatif.
Maka demikian pula kadang-kadang kita sebagai orang tua harus bisa melihat dari sisi anak sehingga kita bisa punya empati yang lebih kepada mereka.
Misalnya, tentang handphone yang menjadi masalah bagi banyak anak pada hari ini. Ini masalah yang selalu diangkat oleh orang tua, seolah-olah masalah ini hanya masalah anak-anak dan remaja. Padahal, ini kan masalah semua tingkatan usia sebenarnya. Tapi kadang-kadang, orang tua itu terlalu berlebihan dalam masalah ini. Anak kadang-kadang bingung ketika melihat orang tuanya terus membicarakan tentang buruknya handphone. Benar, kita tahu ada sisi negatif memang dan mungkin besar, mungkin mudaratnya lebih besar daripada manfaatnya.
Tapi kadang-kadang ada hal-hal yang mau tidak mau kita kasih toleransi kepada mereka. Misalnya hari ini, bagaimana kita tidak kasih toleransi pegang HP anak-anak karena banyak hal-hal yang berkaitan dengan sekolah mereka itu berkaitan dengan benda itu. Apalagi kemarin ketika kita diuji dengan COVID-19, anak-anak terpaksa dan mau tidak mau pegang handphone. Tapi kadang-kadang, orang tua yang gagal jadi contoh dalam bab ini justru bersikap berlebihan. Ini sebenarnya jadi tanda tanya bagi anak, kenapa orang tua saya menyerang saya berlebihan dalam bab handphone ini, sementara mereka lihat orang tua mereka santai-santai saja pegang benda itu, seolah-olah orang dewasa pakai pegang handphone tidak terkena dosa. Padahal, tentunya dalam kenyataannya tidak.
Bagaimana penjelasan lengkapnya? Mari download mp3 kajian yang penuh manfaat ini.
Download mp3 Kajian
Podcast: Play in new window | Download
Artikel asli: https://www.radiorodja.com/54210-hindari-memandang-rendah-anak/